Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Rencanakan Akhirmu

Akhir tahun. Ga terasa sepertinya waktu berlalu begitu saja, sangat cepat, atau emang kita yang ga perduli aja sama waktu. Padahal, ada satu surat dalam Qur'an yang mana seorang 'alim peletak dasar ilmu Ushul Fiqh mengatakan, "sekiranya Allah tidak menurunkan surat selain surat ini (Al 'Asr) maka sudah tercukupi untuk manusia. Beliau lah Muhammad bin Idris As Syafi'i, dan surat Al Qur'an yang dimaksud ialah Al Asr. Pun diawal surat, Allah bersumpah dengan waktu itu sendiri. Saking pentingnya dan agungnya kedudukan waktu bagi manusia. Masa lalu emang tidak bisa diulang, tapi masa depan masih bisa direncakan. Mungkin dulu kita memulai sesuatu dengan buruk, apapun itu. Tapi akhir yang bagaimana masih ada ditangan kita, baik buruknya tentukan sekarang juga. Dalam perjalanan satu tahun kita, tentu ada target didalamnya yang kita tekadkan tercapai di tahun itu juga, iya kan? Misal, pengen bikin sekian judul karya tulis, atau pengen diet sekian kilo, atau pengen kh

Ngomongin Pemuda

28 Oktober. Pasca pembacaan sumpah pemuda 1928, Indonesia kemudian selalu memperingati hari ini sebagai hari sumpah pemuda. Kenapa pemuda? _____ Beri aku 1000 orang tua, akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda akan ku guncang dunia (Bung Karno) Pemuda sering dijadikan ikon semangat sebuah perjuangan. Tinta emas peradaban Islam juga bermula dari tangan² pemuda. Runtuhnya tiran kedzaliman juga kesyirikan juga berkat peran serta pemuda. (قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ) Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” [Surat Al-Anbiya' 60] Karena segenap kemampuan dan daya seorang manusia akan terkumpul saat usia muda, maka manfaatkan ia, jangan sia²kan Yup, karena diantara derap perjuangan pembebasan Indonesia dari penjajah ya salah satunya peran serta para pemuda. Dari berbagai daerah di Nusantara mereka mengikrarkan diri bersatu dalam tumpah darah, bangsa, dan

TITIK BALIK

Beberapa menit sebelum Maghrib, sebuah notifikasi WA mendarat dilayar HP. Reflek aku buka pesan itu. Aku kenal pemilik akun itu. Kenal banget bahkan. Sejak kecil, SD barangkali, kami sudah mulai berkawan. Masih ditahun itu, awal 2000an. Bersepeda jadi sarana menjelajah kita, bermain layang² sebagai ekspresi melambungkan cita, sawah dan lapangan jadi tempat main, pulang kesorean dengan badan bau keringat khas bocah ingusan jadi parfum yang melegenda. Hingga sesekali dapat ultimatum orang tua supaya ngga usah pulang rumah saja karena asyik main hingga lupa waktu kalo sudah senja. Sesekali juga pernah mendapatkan seperti rumah tak mau menerima karena telah terkunci oleh orang didalamnya. Yah, itu dulu. Kembali ke pesan singkat tadi. Saat ini ia sedang melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Dengan dunia barunya tentu, yang sangat berbeda dari 20 tahun lalu. Ada kegelisahan dalam dirinya, pun juga aku, atau bahkan kita semua. Muncul pertanyaan "akankah kita terus begi

Jalan-Jalan, "connecting people"

Biasa kalo udah punya planning pribadi dalam skala bulanan atau tahunan, kita sering kasih nama bulan atau tahun tersebut dengan agenda yang paling berkesan bagi kita. Maka bagiku bulan ini, diakhir tahun 2018 ini, adalah bulan jalan², namun bukan sekedar jalan-jalan biasa. Melainkan jalan² penuh makna jika aku gali lebih dalam pelajaran yang aku dapat selama perjalanan. Pasalnya, diawal bulan ini perjalanan dimulai dengan berkunjung ke Kota Gaplek, Wonogiri. Al Huda Boarding School jadi tempat yang dituju. Banyak ustadz dan kawan² ku yang mengajar dan belajar disana. Walhamdulillah, banyak faedah yang kudapat dari perjalan ini. Bertemu dengan seorang ustadz yang dulu punya andil besar dalam mengajarkan ilmu organisasi selama nyantri, juga bertemu dengan adiknya temen yang dulu masih unyu² gitu dan sekarang udah semakin tumbuh dewasa dan lebih gede aja. Hingga dapat membesuk seorang ustadz yang telah banyak berperan untuk pendidikan dan dakwah Islam yang qodarullah sedang diuji d

PERASAAN

Part 2 "Mas, ko ngga dapet² ya hafalannya", "Emang nyari dimana, 😅", "Iiiiih, ini hlo perasaan udah ngafal lama, bolak-balik, diulang-ulang, ga hafal-hafal jugaak, gregetan tau, huft 😒" Sebagian kita mungkin dalam menghafal Qur'an merasa lamaaaa banget hafalnya. Buat dapetin 5 baris saja butuh sekian menit bahkan jam. Apalagi 1 halaman, angkat tangan deh. Pake ngira Allah ga sayang kali ke kita, makanya susah hafal Qur'an, wal 'iyadzubillah, udah suudzon itu kita sama Allah. Sebenarnya dalam proses menghafal itu intinya adalah seberapa lama kita bisa betah sama Qur'an. Semakin lama berarti semakin bagus. Berlipat-lipat kebaikan terus terkumpul. Bukankah satu huruf satu kebaikan masih dikali 10 lagi Betul??. Makanya ngga perlu galau, sedih, ato malah putus asa buat hafal Qur'an. Positif aja, husnudzon sama Allah, kalo lama² sama Qur'an itu lebih baik buat kita. Setidaknya kita sibuk dalam ketaatan sehingga ngga sempet maksiat

TEMEN MAIN

(الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ) . Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa. [Surat Az-Zukhruf 67] Teman nongkrong, teman maen, teman touring, teman climbing, teman camping, teman chatting, bahkan teman "mabar", ato siapapun teman itu Ada masa kelak ia akan menjadi musuh bagi karibnya, yang bertemu dan berpisahnya bukan karena-Nya. Allah عزّ زجلّ Maka mari perbaiki niat pertemanan kita. Nongkrong silahkan, asal batas² syariat kita jaga. Touring sah² saja, asal adab selama perjalanan tertunaikan. Climbing asyik² aja, asal sholat jangan lupa. Chatting?, Mmm, boleh juga, asal ingat hanya seperlunya jika ia lawan jenis kita. Kalo "mabar"?, tau diri aja lah yaa, respon kamu saat mabar trus denger adzan gimana? Kita pingin kumpul dan maen sama² kan disurga,? Saling bantu yaa _______ Tempo hari silah ukhuwah dengan sahabat dan guru² kita @smaitalhudawonogiri bersama us

Ngopi (ngobrol pagi)

Ba'da shubuh tuu, enaknya ngapain?, Plus weekend lagi, beuhh, paling enak tuh yaa tidur kali yak, palagi buat para bujang² gini. 😁 Mana hidup masih sendiri, suka² dong. Begitu?. Eit, masa depan mu ditentukan gimana hari ini mu. Kerja keras, telaten, ulet, yaa Insya Allah hasilnya kau akan lihat kemudian hari. Tapi, kalo nurutin males, kurang produktif, ngga nyibukin diri dengan kebaikan, yaa maaf² jika kemudian hari akan ada kalimat "seandainya aku  dulu ngga kaya gitu" Nah, pagi tadi aku kayak habis dapat kuliah gratis gitu. Ceritanya aku lagi ngobrolin perihal tasmi' asatidz dan hari ini hari pertama tasmi' mulai juz 1-2 dan berlanjut seterusnya. Aku ngobrol dengan seorang ustadz senior di pesantren. Dia dulu juga kakak tingkat waktu kami masih sama² nyantri disini. Alhamdulillah dia tu baru melepas  masa² bujang hlo, beberapa bulan yang lalu. Cerita dia seru pokoknya, next paragraf yak. 😁 Nah karena tasmi' ini termasuk program baru disini, kami banyak

PERASAAN

Part 1 "Bro, itu si A kagak pernah muroja'ah hafalannya lancar² aja ya, pas ditanya ayat langsung nyambung gtu", "Iya yaa, tidurnya banyak muroja'ahnya jarang, banyak main pula, tapi hafalan lancar² aja, heran aku", Sob, pernah prasangka kaya gitu?, STOP!, hentikan semua pradugamu. Kamu baru saja ghibah-in saudaramu. Oke, lebih baik evaluasi diri sendiri. Pernah ngga ngerasa, "Perasaan aku jaraang banget muroja'ah hafalan karena sibuk dengan aktifitas lain atau lagi males aja, ee tapi pas ditanya soal hafalan koq bisa jawab ya?", Ato "Perasaan aku habis maksiat tapi koq ngerasa aman² aja dengan hafalan yaa?", wal 'iyadzubillaah 😢. Aneh ngga sih?. Maka ini yang harus kita evaluasi, ada yang salah nih. Kita kenal yang namanya istidraj atau dalam bahasa kita "dielu-elu" buat ntar kalo udah puas dengan dosa², bakal ditimpa siksa yang teramat dahsyat sebagai akibatnya. Jadi efek dari maksiat kita ngga langsung kerasa

Rasa Yang Hilang

"Eh, kenapa yah sekarang tu kalo baca Qur'an kek ngga ada rasa apa² gtu ya, bawaannya males lah, cepet bosen lah", "Aku juga eh, pengennya cepet² selesai kalo baru sebentar ngaji aja", "Ngga beda nih, padahal aku dah bikin program harianku sama Qur'an plus target² nya, eee pas berjalan sehari dua hari, udah cepet banget luntur semangatnya", "Iya yaa, gimana nih, padahal kita dulu tu mati²an, capek²an, begadang bangun malam buat dapetin tu hafalan Qur'an tapi ko sekarang pengin gtu, beraaat banget gitu yaa, Yaa Rabbb, rasa apa yang hilang dari diri kami Yaa Rabb", Pernah ngalami gitu sob?, heran ngga sih sama diri kita nii. Yang dulu kita semangaat banget deket² ama Qur'an, kemana² dibawa, inget dia terus, bakal nyesel kalo sehari ngga setoran hafalan, terus belai²in ngga main, nge-hukum diri, macem bertapa gitu hhh, buat dapetin beberapa baris hafalan baru. Bahkan sampai nangis² nii kita kalo ngga lancar setoran hafalan, trus

Wasiat

Gambar
Suatu siang waktu Indonesia, aku bertelepon dengan seorang kawan lama. Kawan main juga belajar sejak TK yang sekarang sedang menempuh studi di Kota Nabi, Madinah yang bercahaya. Ia seorang mahasiswa semester 3 tahun ini, fakultas hadits tepatnya. Percakapan dimulai dengan bertukar kabar, berbagi cerita, dan tentunya akulah yang paling banyak bertanya, tentang aktifitas disana, suasananya, lingkungannya, dan serba-serbi kehidupan di Kota Nabi yang mulia, siapa sih yang ga pengin kesana, ziarah ke makam Baginda Mulia Rosulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم alangkah bahagianya bukan? Tentunya. Obrolan santai berlanjut, mengalir begitu saja, hingga akhirnya aku berniat menyampaikan perihal uneg² yang selama ini menghantui diri ini, berniat mencari solusi dengan sedikit sharing dengan kawanku ini. Di era teknologi yang semua informasi bisa dengan mudah diakses dengan ujung jari, akankah pemuda seperti kita, bisa selamat dari fitnah akhir zaman ini, itu yang jadi soalku.