Ngopi (ngobrol pagi)

Ba'da shubuh tuu, enaknya ngapain?, Plus weekend lagi, beuhh, paling enak tuh yaa tidur kali yak, palagi buat para bujang² gini. 😁 Mana hidup masih sendiri, suka² dong. Begitu?.

Eit, masa depan mu ditentukan gimana hari ini mu. Kerja keras, telaten, ulet, yaa Insya Allah hasilnya kau akan lihat kemudian hari. Tapi, kalo nurutin males, kurang produktif, ngga nyibukin diri dengan kebaikan, yaa maaf² jika kemudian hari akan ada kalimat "seandainya aku  dulu ngga kaya gitu"

Nah, pagi tadi aku kayak habis dapat kuliah gratis gitu. Ceritanya aku lagi ngobrolin perihal tasmi' asatidz dan hari ini hari pertama tasmi' mulai juz 1-2 dan berlanjut seterusnya. Aku ngobrol dengan seorang ustadz senior di pesantren. Dia dulu juga kakak tingkat waktu kami masih sama² nyantri disini. Alhamdulillah dia tu baru melepas  masa² bujang hlo, beberapa bulan yang lalu. Cerita dia seru pokoknya, next paragraf yak. 😁 Nah karena tasmi' ini termasuk program baru disini, kami banyak bahas masalah teknis kegiatan. Tentang juz yang dibaca. Gimana cara nyiapinnya, secara ustadz² disini tuh super sibuk² semua hhehe. Trus nilai² positif apa aja buat santri dan pesantren dan intinya ngga jauh² masalah kegiatan Qur'an gtu.

Asyik ngobrol kita didepan aula yang juga dipake sholat dan tasmi' itu, iseng aku tanya soal keluarga baru dia, hhehe. Iya lah yaa buat persiapan kita² juga kan biar sudah siap saat waktu "itu" tiba. 😙

Ternyata ustadzku yang satu nii sama istrinya beda dalam cabang² masalah fiqih, dan bagiku ini bukan sekedar beda yang biasa, tapi perbedaan yang saat ini banyak orang² perdebatkan dan ngga ada ujungnya. Misal. Dia kalo shubuh ngga pake qunut, istrinya kalo setiap shubuh qunut. Beda saat istri jadi makmum suami, dia ngikut suami. Terus, kalo wudhu, menurut istrinya bersentuhan dengan lawan jenis, siapapun, itu batal katanya, nah kalo suami bersentuhan lawan jenis kalo mahram, ya ngga batal.

Dan masih banyak lagi. Dari banyak perbedaan itu mereka malah jadi saling belajar masalah furu'iyah fiqih semacam ini. Dan jadi bumbu manis buat rumah tangga tentunya. 😊 Ngga ada yang merasa menang sendiri, saling menghargai katanya. Jadi ada komunikasi dan diskusi diantara mereka kalo udah ngadepin masalah kaya gini. Seru, asyik, lucu, khas suami istri tentunya, -skip- ...

Saat kutanya soal awal² mereka disatukan, ngga ada tuh yang mensyaratkan harus pasangan yang bermazhab begini ato begitu. Dari keluarga besar mereka juga ngga ada syarat² khusus soal pandangan fiqih yang begini begitu. Asal semua setuju, SAH gtu. 😅

Dari sini aku belajar, bahwa beda dalam masalah furu'iyah fiqih ngga lantas kemudian tidak akan pernah bisa bersatu selamanya. Kuncinya satu, cinta, #eeak.

Jika kita anggap orang lain yang beda paham dengan kita bukan saudara, mungkin kau harus ganti kacamata, lalu pandang ia dengan kacamata cinta, dan kau akan saksikan, oh iya, ternyata kita ini saudara. 😊

14/8 Kita Bersaudara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awwalussanah | babak baru

Muda Berani

Momentum dari Rembang