Nyari Inspirasi #1

Jumat. Hari yang baik. Banyak kebaikan Allah janjikan dihari ini. Kita tahu diantaranya, lewat lisan sang Baginda صلى الله عليه وسلم ada kabar gembira bagi diri yang penuh dosa selama sepekannya, Allah janjikan ampunan dari satu jum'at ke jum'at berikutnya.

Jum'at itu. Saya melakukan kunjungan ke sebuah pesantren yang masih baru berdiri. Kurang lebih 3 tahun berjalan ini. ABI-UMMI, begitu nama pesantren itu. Dan satu yang jadi fokus bagi pesantren ini, Al Quran.

Yup, senang rasanya menemukan lingkungan seperti ini. Tentram menenangkan. Ditengah panas gersangnya krisis akhir zaman yang sedikit banyaknya mengganggu keimanan, lingkungan seperti ini bagaikan oase yang menyejukkan.

Hari ini, saya bertamu ke rumah salah seorang ustadz yang juga kebetulan menjadi kepala bagian tahfidz ma'had. Banyak hal beliau sampaikan. Mulai dari kurikulum tahfidz disini hingga pengalaman hidup beliau dan rekan² beliau yang menginspirasi.

Satu hal yang jadi fokus saya adalah, dimana beliau bercerita tentang dosen beliau dulu dalam menuntut ilmu. Tahun 80an ingin melanjutkan studi k LIPIA Jakarta. Tak berbekal apa², berangkat dari tanah kelahirannya dengan nebeng sebuah truk menuju jakarta. Karena kasihan sang sopir sampai² makan pun ditanggung olehnya. Namun usaha beliau luar biasa dan singkat cerita, luluslah beliau dari LIPIA. Pribadinya tidak banyak dikenal orang. Tampilannya biasa saja. Namun dibakik itu semua ada inspirasi yang luar bisa yang bisa kita ambil darinya.

Inilah yang menjadi cambuk bagi diri ini. Untuk ukuran anak muda seperti saya. Nampaknya harus kembali menata niat dalam menuntut ilmu. Banyak fasilitas dizaman ini yang justru melalaikan kita dari ilmu. Semangat untuk mengejar apa yang menjadi cita-cita, sering kandas karena terbuai oleh banyak fasilitas. Lihat orang² terdahulu.

Ayah kita saja misalnya. Sering kali mereka bercerita kepada kita tentang susahnya hidup dimasa itu. Namun tak sedikit yang akhirnya dimasa ini, mereka² lah yang banyak menjadi pribadi yang luar biasa. Pun juga ulama' terdahulu. Ribuan kilometer yang ditempuh, beratnya perjalanan yang dilalui, tak menyurutkan langkah mereka dalam belajar. Hingga buah dari kesungguhan mereka mengabadi hingga kini. Lalu bagaimana dengan kita.?

Inilah strategi musuh ² islam untuk melemahkan pribadi² kaum muslimin. Mereka sediakan berbagai macam fasilitas dunia untuk menjadikan kita terlena dengannya dan akhirnya kita lupa dengan visi misi kita. Maka mari kiat bangun kesadaran, bahwa kitalah pewaris peradaban. Bukan dengan santai dan berleha. Namun dengan pengorbanan waktu, harta, bahkan jiwa, atau apapun yang kita bisa, maka peradaban islam akan kembali nyata.

#latepost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awwalussanah | babak baru

Muda Berani

Momentum dari Rembang