Momentum dari Rembang

Sekitar dua minggu yang lalu, aku mendapat momentum yang luar biasa. Lebih tepatnya aku mengambil momentum itu. Ya, mengambil bukan mempersilahkan apalagi diberi momentum itu. Karena betapa banyak kesempatan atau momentum luar biasa yang berseliweran di hidup kita yang sering terlewat begitu saja atau kita persilahkan berlalu. Tanpa kita sadar dan berinisiatif untuk mengambilnya, maka sedetik berlalu momentum itu akan hilang bahkan bisa jadi akan direbut oleh orang lain dan menjadi miliknya. Akhirnya kita kehilangan kesempatan emas untuk bebenah jadi lebih baik lagi bahkan kehilangan kesempatan untuk menjadi juara.
Ibarat seorang atlit tinju yang tengah berlaga. Ia melihat ada momentum, ada kesempatan emas untuk memukul jatuh lawannya hingga KO, ia yakin itu. Kemudian ia manfaatkan kesempatan itu, lalu meluncurlah pukulan keras tepat di titik terlemah dari lawannya dan akhirnya ialah sang juara.
Ada lagi seorang pembalap di putaran terakhirnya masih berada di posisi ke dua. Namun beberapa detik sebelum finis ia melihat ada sedikit celah kelemahan pada lawan didepannya, kemudian ia ambil momentum itu untuk melajukan kendaraannya dan akhirnya juara.
Bro, betapa sepersekian detik dari momentum itu yang sangat berharga yang akhirnya mampu mengukir sejarah indah bagi pemiliknya. Tentu setiap kita punya momentum itu. Atau bahkan pernah mendapatinya. Selanjutnya tugas kita adalah memaksimalkan aksi untuk meraihnya.
Bukankah hidup di dunia hanya sekali. Dan disini (dunia) tempat kita beramal, beraksi, jangan tunggu nanti. Usia dan waktu terus berlalu tanpa mau untuk sedetikpun kembali.
Kisahnya, dihari kamis pagi saya mendapat info kalau ada rombongan asatidz dari pondok kami yang akan melakukan ziarah atau kunjungan ke seorang tokoh yang luar biasa. Berlokasi di Rembang, ujung timur laut provinsi Jawa Tengah. Waktu itu ada seorang ustadz yang memberi kabar kalau dia akan ikut dalam perjalanan. Merasa ingin ikut tapi tidak diajak, aku memberanikan diri memaksa ikut. Aku bilang ke mudir waktu itu untuk dibolehkan ikut dalam rombongan, dan yess walhamdulillah aku diizinkan meski harus duduk di bangku belakang. Karena hanya satu mobil yang kami pakai.
Tokoh tersebut biasa dipanggil Gus Qoyyum. Sebagian sedikit kita mungkin sudah mendengarnya. Vidio ceramah beliau banyak tersedia di YouTube. Beliau yang tak suka difoto, tak banyak terdengar namanya di media, padahal jika kalian dengar langsung dari beliau betapa sering beliau berinteraksi dengan para tokoh nasional terlebih di tahun politik saat ini. Rasa-rasanya beliau mempunyai peran penting dalam mengawal jalannya perpolitikan negeri ini. Namun, ketawadhu'an beliau-lah yang hingga akhirnya menutup banyak info tentang aktivitas beliau soal perpolitikan negeri ini.
Dari perjalanan ini aku mendapat banyak pelajaran luar biasa.
Pertama, "ambil momentum mu" jangan biarkan ia berlalu. Di masa muda, banyak tersedia momentum² berharga untuk melejitkan segenap potensi yang kita punya. Ambil itu dan jangan ragu. Allah telah sediakan banyak fasilitas untuk berkarya. Maka salah satu bentuk syukur kita adalah memanfaatkannya pada jalan yang diridhoi-Nya.
Kedua, Jangan terlalu polos jadi anak muda, hehe. Begitu kata ustadz saat diperjalan. Bahwa anak muda haruslah mulai mengerti tentang banyak urusan diluar sana. Seperti problem sosial masyarakat, pendidikan, pergaulan remaja, hingga bahkan negara. Kita harus mulai tahu dan cari tahu. Bukankah banyak tokoh² muslim dahulu berjaya dari kalangan pemuda. Urusan kita harusnya bukan lagi tentang 2 manusia berbeda dunia baper karena cinta yang tak semestinya. Dari bincang² dengan Gus Qoyyum, saya melihat seorang ulama' yang dalam ilmunya, teladan akhlaqnya, luas tsaqofahnya, dan mendunia relasinya. Saya tidak hanya mendapat petuah² hikmah namun juga info seputar perkembangan dakwah dunia islam di seluruh penjurunya. Terakhir beliau beri sedikit bonus tips untuk berkompetisi di tahun politik ini. Sikap mutsaqoful fikri nampak dalam diri beliau.
Lihatlah bagaimana seorang ulama' yang peka terhadap kondisi saat ini. Bukan terkotak-kotak hanya dalam salah satu bidang tersendiri, lalu melupakan urusan yang lain. Begitulah seharusnya seorang muslim yang bervisi menjadi sebaik-baik manusia dalam kemanfaatannya.
Ketiga, adab. Dahulukan adab sebelum ilmu. Para salaf terdahulu lebih lama belajar adab daripada ilmu. Menunjukkan peran penting adab dalam pembentukan pribadi yang berilmu.
Beliau, Gus Qoyyum menceritakan bahwa dakwah beliau sangat diterima oleh berbagai kalangan yang notabene di Indonesia ini ada banyak masyarakat yang memiliki sentimen beragam dalam menerima dakwah islam. Beliau menasehatkan dakwah ini harus bilisaani qoumihim, dengan bahasa penuh bijak sesuai obyek dakwah yang kita ajak.
Keempat, sering²lah kita bermajlis ilmu dengan para ahli ilmu. Kau akan dapatkan atmosfer berbeda tatkala berada didalamnya. Semangat membara. Iman yang tadinya redup dapat naik berlipat. Bagi yang sedang dalam meniti jalan hijrahnya, jatuh bangun kita dalam taat, harusnya diberengi dengan ilmu dan kawan atau komunitas yang tepat, sehingga iman meningkat surga didapat insyaallah.
Oke, begitu uraian singkat hikmah dalam sepenggal episode perjalanan ini. Tentunya masih banyak ibroh atau pelajaran yang penuh arti. Selanjutnya sudilah kiranya kita semua saling berwasiat dalam kebaikan dan taqwa. Hingga surga dapat kita peroleh bersama.
Karanggede, 14/2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awwalussanah | babak baru

Muda Berani