Awwalussanah | babak baru

Cukup padat dan menguras energi acara sehari ini. Bahkan H-14 segala bentuk persiapan mulai didadakan. Awwalussanah, sebuah agenda tahunan di awal tahun ajaran. Ia menjadi start awal bagi adik-adik baru santri pondok dalam sebuah episode perjalan menuntut ilmu.

Mondok. Satu kata yang mungkin banyak orang menganggap sesuatu yang sudah tidak relevan dengan zamannya. Terkesan kolot lah, ketinggalan zaman lah, kotor, kumuh, ustadz yang galak, aturan yang padat, dan serba-serbi negatif banyak dialamatkan untuk aktivitas yang disebut mondok ini.

Namun, seiring dengan bergantinya zaman. Ditengah kacau dan rusaknya moral pergaulan zaman sekarang, pada akhirnya mondok menjadi salah satu opsi pilihan pendidikan orang tua untuk anak-anak mereka. Bahkan menjadi idaman banyak kalangan. Sekali lagi tradisi mondok tak akan pernah hilang dari wajah pendidikan islam terutama di nusantara tercinta.

Jadi kisahnya. Hari ini PPIT Al Hikmah Boyolali, tempat dimana dulu aku pelajar dan sekarang mengajar, tepatnya berkhidmat atau membaktikan ilmu yang dulu pernah aku pelajari, kembali melaksanakan agenda awwalussanah. Rutin dan daselalu meninggalkan bekas yang luar biasa.

Tahun ini aku diberikan amanah untuk menjadi wali asrama atau wali kamar gtu. Satu kamar berisi 16 anak. Sekitar pukul 7 pagi, beberapa santri baru beserta keluarganya sudah mulia berdatangan. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Nenek, Kakek, Paman, Bibi, lengkap mengantarkan sang adik santri untuk pertama kali akan mondok ditempat ini.

Aku, selaku wali asrama diantara sekian wali yang lain, stanby berjaga di asrama yang mnejadi wilayah masing-masing. Tugasnya menyambut, mengarahkan, dan memberikan informasi kepada para santri baru dan orang tuannya ketika sampai diasrama.

Singkatnya, hari menjelang sore, seluruh rangkain acara selesai. Saatnya orang tua berpamitan dengan anaknya. Inilah salah satu momen langka bagi seorang santri baru, keluarganya, bahkan bagiku juga.  Kalau dulu aku yang pernah meraskan posisi sebagai santri baru, ketika akan ditinggal pergi orang tua muncul perasaan kangen atau masih ingin berlama-lama dengan orang tua. Tak mau ditinggal. Tapi hari ini ketika aku menjadi wali asrama seakan aku merasakan peran perasaan yang beda. Aku merasakan perasaan seorang ibu atau ayah yang tak mau berpisah dengan anaknya, meskipun sang anak sudah enjoy dan siap ditinggalkan tapi sang orang tua terlihat tak mau meninggalkan, begitulah.

Mungkin beginilah dulu abi ummi aku merasakan perasaan yang sama. Berharap dengan menjadi wali asrama aku mendapat banyak faedah dan pengalaman dalam mendidik dan mentarbiyah adik-adik santri. 


Selamat Mondok😊

Al Hikmah, 14/7
#salimsharing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muda Berani

Momentum dari Rembang