Muda Berani

Saya ada seorang teman dikelas. Masih muda, 2 tahun dibawah saya. Tapi hari ini ia sudah melewati kurang lebih 2 tahun pula masa pernikahannya dan alhamdulillah ia sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang lucu juga unyu hihi, dan kalo ngga salah sudah mau menginjak 1 tahun ini si debay-nya.

Saya kalo ketemu dia yang jadi bahan obrolan ga jauh² dari soal keluarga dan manajemen diri. Soalnya saya pengen banyak belajar dari dia soal yang satu ini.

Alkisah dia adalah putra bungsu di keluarganya. Keluarga yang sederhana. Dia bukan selebgram, artis, atau macam influencer² dunia maya yang kita kenal, bukan. Nah, Selepas lulus dari MA di sebuah pondok pesantren islam terpadu, seperti anak pada umumnya ia mencoba daftar ke salah satu PTN islam di kotanya.

Ga lama dia belajar di kampus, entah ga betah karena apa, dia keluar dan memutuskan berhenti kuliah. Belum ada satu semester kalo ga salah.
Akhirnya ia kemudian mulai buka usaha jualan martabak. Singkat cerita dari aktifitas jualan ini, pun juga masih terhitung baru mulai usaha, ia memutuskan menikah diusia muda. Belum genap 18 tahun saat itu. Bahkan hampir² urusan ini dibawa ke pengadilan untuk kepengurusan nikahnya, karena negara kita menerapkan syarat nikah itu untuk laki-laki minimal 18 tahun. Ajiiib. Muda berani ini, haha .

Kembali ke fokus tentang manajemen diri. Diusia semuda itu dengan tanggung jawab yang baru (sebagai suami) aku melihat ia telah berperan layaknya lelaki. Salah satunya mencari nafkah dengan jualan martabak itu. Katanya nih, dulu sebelum nikah jualannya itu sepii banget, pindah² tempat mangkal gitu. Tapi qodarullaah, sebakda menikah Allah bukakan baginya pintu² rezeki itu. Jualan rame dan mesti habis. Tak perlu pindah² lagi.

Disamping berjualan, ternyata ia juga aktif ikut kajian rutin diakhir pekan. Saat itu ia libur jualan untuk hadir kajian. Ga berhenti disitu, hari ini ia menjadi teman sekelasku di Ma'had untuk kembali belajar. Jadi, pagi-siang belajar, sore jualan, akhir pekan hadir kajian. Begitulah rutinitas dia.

Oyaa satu lagi, dia juga ikut ngajar TPA dimasjid dekat rumahnya.
Kadang kita mungkin terfikir, apa nikah muda itu seindah yang dibayangkan?, Eeit tunggu dulu. Dia juga berkisah tentang perjuangan dia saat istrinya melahirkan anak pertama (ga perlu diperjelas yak, gimana orang mau lahiran itu). Terus bagaimana dulu istrinya sempat sakit hingga harus dirujuk ke rumah sakit dengan pelayanan khusus sesuai sakit yang diderita. Aku tahu kabar tersebut ketika dia ngga masuk kelas lebih dari sepekan.

Dia harus urus ini itu untuk merawat sang istri. Ada lagi tentang soal pergaulan. Tentu berbeda kan yak. Aku iseng² tanya gimana rasanya gaul sama temen² sendiri dengan gaul sama bapak² secara dia udah jadi komponen baru dalam sebuah institusi bernama masyarakat. Ada rapat RT lah, ikut ronda, kerja bakti (ini mah biasa yaa, wkwk), dan aktivitas lain yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.

Dari sini kita bisa banyak belajar nih. Masa muda emang enak²nya momen buat ngapain aja. So, coba deh kita manfaatin masa ini buat sesuatu yang bikin nanti kita itu bangga dengan apa yang telah kita lakukan dulu dimasa muda.

Ga usah lah pacaran, sayang²an, sama temen yang belum mahram buat kita. Ente siap dia siap, udah lah nikah aja, so simple. Kalo belum, tahan, sabar, alihkan. Ada ni sebagian kita setiap jam ditelponin si doi, ga jelas pula apa yang dibahas. Jadi, waktu dia banyak habis di situ. Padahal waktu senggang itu bisa dipakai buat nghafal Qur'an, baca buku, nulis, dengerin kajian, atau hal yang manfaat lainnya.

Coba deh merenung sebentar buat temen² yang pacaran. Dosa iya, produktif enggak. Waktu habis sia², umur semakin tua. Kalo siap, bismillah nikah, berpahala. 

Diakhir saya minta nasihat dari temen saya ini. Kan kadang kita itu sering gabut atau bingung saat ga punya aktifitas yang jelas gitu. Jawabnya, yaa tinggal kita sesuaikan aja dengan tanggung jawab kita hari ini. Apa sih yang jadi amanah kita? Kalo udah berkeluarga maka ia wajib mencari nafkah, mendidik keluarga, dan lain²nya. Kalo masih single lagi sibuk kuliah yaa berarti amanah kita adalah belajar, dan belajar.

Intinya kalo kita sadar akan amanah apa yang dibebankan kepada kita, insya allah waktu² yang kita punya akan kita manfaatkan sebaik mungkin supaya tidak mengkhianati amanah itu sendiri.

Dan hari ini, di tengah² UTS Ma'had kami, dia masih bersama kami untuk tholabul 'ilmi. Saat kutanya, keadaan keluarga kecilnya makin membaik walhamdulillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awwalussanah | babak baru

Momentum dari Rembang