Indahnya Keluarga Itu Bersama Al Qur'an
Dari grup WhatsApp :)
Mari kita baca kisah yg sangat menginspirasi bagi kita sebagai orang tua yang sangat menginginkan anaknya menjadi para ahli Quran 💐💐💐
✨ *"Kisah keluarga Ummi Ruli, Membumikan Al-Qur'an Dalam Keluarga Rabbani"* ✨
Assalamualaykum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan nikmat berta'amul ma'al Qur'an kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rosululloh SAW, beserta keluarga, sahabat dan umat Islam yg istiqomah di jalan-Nya.
Bahagia sekali bisa berjumpa dengan para Sahabat HSR di sini.
Kulwap ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, yang sangat jauh dari teori ideal yang seharusnya kita contoh dari *Rosululloh SAW* .
Seharusnya membumikan Al-Qur'an kita lakukan *Sebelum anak-anak ada* - Istiqomah - Sampai kita kembali kepada-Nya. Tetapi karena kelalaian dan banyaknya dosa-dosa saya, hal itu belum mampu saya lakukan. Hanya sebatas menggugurkan kewajiban terhadap Al-Qur'an saja.
Ketika saya membaca tulisan *Asy syahid Sayyid Qutb* dalam muqodimah fii dzilalil Qur'an beliau mengatakan :
📝 _Hidup dibawah naungan Al-Qur'an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yg mengangkat harkat usia manusia, menjadikannya diberkahi dan menyucikannya_📝
Kalimat ini membuat saya gelisah.
Ya!
Karena saya belum merasakan nikmat itu 😩.
Kegelisahan saya semakin memuncak ketika melihat anak-anak lebih asyik nonton TV dan main game daripada berlama-lama bersama Al Quran.
Walaupun nonton dan main gamenya hanya saat weekend karena hari biasa mereka sibuk dengan tugas-tugas akademik di sekolahnya yang seabreg-abreg.. belum bertambah lagi kalau ada lomba-lomba dan olympiade.
Anak-anak sangat mati-matian belajar untuk jadi bintang kelas, sangat takut nilai akademiknya turun, sementara utk tilawah 1 halaman sehari saja capek katanya.
Anak-anak sangat takut masuk pesantren karena khawatir kehilangan segala fasilitas yg disediakan abinya (ayahnya) di rumah.
Kegelisahan ini setiap malam saya adukan pada Alloh. Betul-betul saya memohon ampun atas kelalaian saya.
Saya betul-betul bingung harus mulai dari mana untuk merubah ini semua?
Sementara anak sulung saya waktu itu sdh mau naik kls 6 SD sebentar lagi aqil baligh. Berhari-hari...berbulan-bulan....
Akhirnya seperti ada kekuatan :
💕Saya harus mulai dari diri saya sendiri.
💕Saya harus perbaiki sikap saya terhadap Al-Qur'an.
💕Saya datangi kembali guru tahfidz saya yang sudah lama saya tinggalkan.
💕Saya ulangi lagi hafalan saya yang dulu saya tinggalkan dengan berbagai macam alasan yang saya buat.
Dan beberapa bulan setelah itu, *anak bungsu saya (Dek Tifa)* tidak mau sekolah di Playgrup TK kakak-kakaknya dulu padahal sudah saya bayar lunas. Muter-muter nyari TK sampai akhirnya Dek Tifa mau sekolah di TKQu Pondok Qur'an di Bandung.
Setiap pulang sekolah hafalannya nambah dan disetorkan ke kakak-kakaknya sambil bilang :
_"Adek mau jadi hafidzah duluan ya... Mau jadi ahlul Qur'an, mau menghadiahkan mahkota syurga utk abi dan ummi (ayah dan ibu-red)"._
Mak jleb... Kakak-kakak jadi gerah. Hampir Tiap hari adiknya mengulang-ulang kata-kata itu, membuat telinga panas.
Sampai akhirnya kls 6 semester 2 sebelum UN, sulung saya ( Mbak Hulyah) bilang,
_"Ummi... Aku ngga jadi ke SMP Negri aja, aku ingin menghafal Al-Qur'an."_
Anak yang nomor dua (Mbak Ulfi) juga ikutan.
_"Aku juga mau menghafal Al-Qur'an."_
Dimulailah diskusi panjang dan menegangkan dengan Abinya yang tidak setuju dgn permintaan anak-anak pindah sekolah dari yang akademik oriented ke Al-Qur'an oriented.
Hampir 3 bulan tiap hari diskusi dgn Abinya. Keadaan jadi berbalik. Anak-anaklah yang mati-matian meyakinkan abinya bahwa mereka bisa mengejar akademik meskipun konsentrasinya kepada Al-Qur'an.
Anak-anaklah yg memaksa abinya utk meridhoi mereka berjuang menjadi ahlul Qur'an.
_"Abi, kenapa kami tidak boleh menghadiahkan mahkota syurga untuk Abi dan Ummi?"_
begitu protes mereka.
Akhirnya abinya luluh dan Juli 2015 Hilyah resmi masuk SMPQu dan Ulfi pindah dari SD DH ke SDQu. Dan dua-duanya minta boarding.
Sejak itulah anak-anak setiap menelepon atau dijenguk atau ketika pulang, kalimat yang ditanyakan :
_"Abi sudah tilawah belum?"_.
Atau
_"Ummi, aku khawatir Abi ngga bisa tilawah 1 juz sehari."_
Tak terasa 1,5 tahun sudah berlalu sampai akhirnya tgl 3 February 2017, *Mbak Hilyah* menyelesaikan setoran hafalan 30juz diikuti deraian airmata dan syukur tak terkira.
Hilyah bilang, _"Abi, habis ini aku mau mutqin terus ambil sanad ya. Boleh ya Bi?"_
Lalu Abinya bilang,
_"Iya Mbak, boleh, doakan Abi bisa menghafal quran juga ya... "_
_"Abi.. Kalau mau menghafal Al-Qur'an harus ada yg kita korbankan. Aku mengorbankan sebagian waktu tidurku dan waktu mainku"._
Sayapun merasa semakin semangat utk ikut berjuang menghafal Al-Qur'an .
Walaupun sangat berat ujian yg saya rasakan. Terutama utk mengatur waktu. Sebagai ibu rmh tangga yang harus mengurus rumah tanpa khodimat (Asisten/Pembantu Rumah Tangga). Dan juga amanah kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial yang harus saya tunaikan, seringkali bisikan syetan yang mengajak berhenti dari kegiatan menghafal Al-Qur'an membuat saya ingin mundur, sudahlah segini aja tak perlu harus selesai setoran 30 juz, toh sudah ada anak-anak yang berjuang menghadiahkan mahkota syurga.
Tapi kemudian Alloh menegur saya lewat lisan anak kedua saya,
_" Ummi, kalau nanti 3 anak Ummi semua bisa kasih mahkota syurga, berartikan ada 3 pasang mahkotanya._
_Yg sepasang dipakai oleh ummi dan abi, yg sepasang tolong berikan ke mbah putri dan mbah kakung ( panggilan kakek neneknya yang di Jawa)._
_Yang sepasang lagi kasih ke gedeh jantan dan gedeh teno ( panggilan kakek neneknya yang dari Palembang). Kasihan kakek nenek sudah sepuh siapa yang mau ngasih mahkota mereka?_
Deggg....Ya Robb... Saya merasa sangat egois. Saya ingin mendapat mahkota dari anak-amak tapi saya lupa untuk menghadiahkan mahkota bagi orang tua saya.
Akhirnya sejak itu saya bulatkan tekad untuk maju terus pantang mundur.
Alhamdulillah Alloh perkenankan doa saya dan doa-doa orang-orang yang mendoakan saya. Alloh memberi kesempatan pada saya untuk menyelesaikan setoran 30 juz hafalan Qur'an di tempat terbaik : _Masjidil Harom di depan Baitullah pada tgl 13 september 2017_ bersama guru saya : *KH Heri Saparjan, Al Hafidz* yg pada saat itu kami sama-sama beribadah haji. Allohu Akbar.
Alhamdulillah maasyaa Alloh, 2 pekan setelah saya pulang haji ,
anak ke 2 saya, Ulfi kls 6 SD, menepati janjinya menyelesaikan setoran hafalan 30 juz sebelum aqil baligh pada tgl 6 Oktober 2017.
Sekarang kami bertiga ikut *program mutqin* (memperkuat hafalan -red). Kami bercita-cita dan berlomba utk bisa tasmi' 30 juz sekali duduk. Abinya juga sdh mulai tergerak untuk ikut menghafal Qur'an. Dek Tifa, si bungsu pun tak mau kalah : _“Aku juga mau tasmi' 30 juz sekali duduk ummi...._ “ Allohumma aamiin.
📌 Kisah yang saya alami ini semakin membuat saya yakin bahwa:
🌸 1.Tidak ada yg mustahil didunia ini bila Alloh menghendaki
🌸 2. Tidak ada kata terlambat utk memulai.
🌸 3. Kekuatan doa tulus seorang ibu adalah senjata kita. Selalu terngiang nasihat Ust. Jalaludin Asy-Syatibi : _Bahwa berdoa untuk anak-anak itu harus maksa ke Alloh. Ngotot minta dikabulkan._
🌸4. Husnudzan Kita kepada Alloh, kepada suami, kepada anak-anak. Menjadi energi yang tidak akan pernah habis.
🌸5.Pertolongan Alloh itu dekat. Bagi orang-orang yang yakin.
🌸6.Ketika kita bersungguh sungguh Alloh akan tunjukkan jalan-jalanNya. QS. 29:69.
.
.
Ini yang bisa saya sampaikan. Saya yakin di grup ini banyak sahabat-sahabat yang lebih mumpuni dan tentu sudah menerapkan contoh dari Rasululloh dalam membersamai anak menjadi sahabat Al-Qur’an. Kisah saya hanya sekelumit kisah seorang yg sempat lalai dan ingin bangkit memperbaiki diri dan keluarga. Kalau ada slogan *'Satu keluarga, Satu hafidz'*. Kenapa tidak kita coba tantangan : *'Satu keluarga,Semua Hafidz'*
.
.
_Semoga Alloh mengistiqomahkan kita bersama Al-Qur'an sampai akhir hayat nanti_
Aamiin.
Mari kita baca kisah yg sangat menginspirasi bagi kita sebagai orang tua yang sangat menginginkan anaknya menjadi para ahli Quran 💐💐💐
✨ *"Kisah keluarga Ummi Ruli, Membumikan Al-Qur'an Dalam Keluarga Rabbani"* ✨
Assalamualaykum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan nikmat berta'amul ma'al Qur'an kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rosululloh SAW, beserta keluarga, sahabat dan umat Islam yg istiqomah di jalan-Nya.
Bahagia sekali bisa berjumpa dengan para Sahabat HSR di sini.
Kulwap ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, yang sangat jauh dari teori ideal yang seharusnya kita contoh dari *Rosululloh SAW* .
Seharusnya membumikan Al-Qur'an kita lakukan *Sebelum anak-anak ada* - Istiqomah - Sampai kita kembali kepada-Nya. Tetapi karena kelalaian dan banyaknya dosa-dosa saya, hal itu belum mampu saya lakukan. Hanya sebatas menggugurkan kewajiban terhadap Al-Qur'an saja.
Ketika saya membaca tulisan *Asy syahid Sayyid Qutb* dalam muqodimah fii dzilalil Qur'an beliau mengatakan :
📝 _Hidup dibawah naungan Al-Qur'an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yg mengangkat harkat usia manusia, menjadikannya diberkahi dan menyucikannya_📝
Kalimat ini membuat saya gelisah.
Ya!
Karena saya belum merasakan nikmat itu 😩.
Kegelisahan saya semakin memuncak ketika melihat anak-anak lebih asyik nonton TV dan main game daripada berlama-lama bersama Al Quran.
Walaupun nonton dan main gamenya hanya saat weekend karena hari biasa mereka sibuk dengan tugas-tugas akademik di sekolahnya yang seabreg-abreg.. belum bertambah lagi kalau ada lomba-lomba dan olympiade.
Anak-anak sangat mati-matian belajar untuk jadi bintang kelas, sangat takut nilai akademiknya turun, sementara utk tilawah 1 halaman sehari saja capek katanya.
Anak-anak sangat takut masuk pesantren karena khawatir kehilangan segala fasilitas yg disediakan abinya (ayahnya) di rumah.
Kegelisahan ini setiap malam saya adukan pada Alloh. Betul-betul saya memohon ampun atas kelalaian saya.
Saya betul-betul bingung harus mulai dari mana untuk merubah ini semua?
Sementara anak sulung saya waktu itu sdh mau naik kls 6 SD sebentar lagi aqil baligh. Berhari-hari...berbulan-bulan....
Akhirnya seperti ada kekuatan :
💕Saya harus mulai dari diri saya sendiri.
💕Saya harus perbaiki sikap saya terhadap Al-Qur'an.
💕Saya datangi kembali guru tahfidz saya yang sudah lama saya tinggalkan.
💕Saya ulangi lagi hafalan saya yang dulu saya tinggalkan dengan berbagai macam alasan yang saya buat.
Dan beberapa bulan setelah itu, *anak bungsu saya (Dek Tifa)* tidak mau sekolah di Playgrup TK kakak-kakaknya dulu padahal sudah saya bayar lunas. Muter-muter nyari TK sampai akhirnya Dek Tifa mau sekolah di TKQu Pondok Qur'an di Bandung.
Setiap pulang sekolah hafalannya nambah dan disetorkan ke kakak-kakaknya sambil bilang :
_"Adek mau jadi hafidzah duluan ya... Mau jadi ahlul Qur'an, mau menghadiahkan mahkota syurga utk abi dan ummi (ayah dan ibu-red)"._
Mak jleb... Kakak-kakak jadi gerah. Hampir Tiap hari adiknya mengulang-ulang kata-kata itu, membuat telinga panas.
Sampai akhirnya kls 6 semester 2 sebelum UN, sulung saya ( Mbak Hulyah) bilang,
_"Ummi... Aku ngga jadi ke SMP Negri aja, aku ingin menghafal Al-Qur'an."_
Anak yang nomor dua (Mbak Ulfi) juga ikutan.
_"Aku juga mau menghafal Al-Qur'an."_
Dimulailah diskusi panjang dan menegangkan dengan Abinya yang tidak setuju dgn permintaan anak-anak pindah sekolah dari yang akademik oriented ke Al-Qur'an oriented.
Hampir 3 bulan tiap hari diskusi dgn Abinya. Keadaan jadi berbalik. Anak-anaklah yang mati-matian meyakinkan abinya bahwa mereka bisa mengejar akademik meskipun konsentrasinya kepada Al-Qur'an.
Anak-anaklah yg memaksa abinya utk meridhoi mereka berjuang menjadi ahlul Qur'an.
_"Abi, kenapa kami tidak boleh menghadiahkan mahkota syurga untuk Abi dan Ummi?"_
begitu protes mereka.
Akhirnya abinya luluh dan Juli 2015 Hilyah resmi masuk SMPQu dan Ulfi pindah dari SD DH ke SDQu. Dan dua-duanya minta boarding.
Sejak itulah anak-anak setiap menelepon atau dijenguk atau ketika pulang, kalimat yang ditanyakan :
_"Abi sudah tilawah belum?"_.
Atau
_"Ummi, aku khawatir Abi ngga bisa tilawah 1 juz sehari."_
Tak terasa 1,5 tahun sudah berlalu sampai akhirnya tgl 3 February 2017, *Mbak Hilyah* menyelesaikan setoran hafalan 30juz diikuti deraian airmata dan syukur tak terkira.
Hilyah bilang, _"Abi, habis ini aku mau mutqin terus ambil sanad ya. Boleh ya Bi?"_
Lalu Abinya bilang,
_"Iya Mbak, boleh, doakan Abi bisa menghafal quran juga ya... "_
_"Abi.. Kalau mau menghafal Al-Qur'an harus ada yg kita korbankan. Aku mengorbankan sebagian waktu tidurku dan waktu mainku"._
Sayapun merasa semakin semangat utk ikut berjuang menghafal Al-Qur'an .
Walaupun sangat berat ujian yg saya rasakan. Terutama utk mengatur waktu. Sebagai ibu rmh tangga yang harus mengurus rumah tanpa khodimat (Asisten/Pembantu Rumah Tangga). Dan juga amanah kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial yang harus saya tunaikan, seringkali bisikan syetan yang mengajak berhenti dari kegiatan menghafal Al-Qur'an membuat saya ingin mundur, sudahlah segini aja tak perlu harus selesai setoran 30 juz, toh sudah ada anak-anak yang berjuang menghadiahkan mahkota syurga.
Tapi kemudian Alloh menegur saya lewat lisan anak kedua saya,
_" Ummi, kalau nanti 3 anak Ummi semua bisa kasih mahkota syurga, berartikan ada 3 pasang mahkotanya._
_Yg sepasang dipakai oleh ummi dan abi, yg sepasang tolong berikan ke mbah putri dan mbah kakung ( panggilan kakek neneknya yang di Jawa)._
_Yang sepasang lagi kasih ke gedeh jantan dan gedeh teno ( panggilan kakek neneknya yang dari Palembang). Kasihan kakek nenek sudah sepuh siapa yang mau ngasih mahkota mereka?_
Deggg....Ya Robb... Saya merasa sangat egois. Saya ingin mendapat mahkota dari anak-amak tapi saya lupa untuk menghadiahkan mahkota bagi orang tua saya.
Akhirnya sejak itu saya bulatkan tekad untuk maju terus pantang mundur.
Alhamdulillah Alloh perkenankan doa saya dan doa-doa orang-orang yang mendoakan saya. Alloh memberi kesempatan pada saya untuk menyelesaikan setoran 30 juz hafalan Qur'an di tempat terbaik : _Masjidil Harom di depan Baitullah pada tgl 13 september 2017_ bersama guru saya : *KH Heri Saparjan, Al Hafidz* yg pada saat itu kami sama-sama beribadah haji. Allohu Akbar.
Alhamdulillah maasyaa Alloh, 2 pekan setelah saya pulang haji ,
anak ke 2 saya, Ulfi kls 6 SD, menepati janjinya menyelesaikan setoran hafalan 30 juz sebelum aqil baligh pada tgl 6 Oktober 2017.
Sekarang kami bertiga ikut *program mutqin* (memperkuat hafalan -red). Kami bercita-cita dan berlomba utk bisa tasmi' 30 juz sekali duduk. Abinya juga sdh mulai tergerak untuk ikut menghafal Qur'an. Dek Tifa, si bungsu pun tak mau kalah : _“Aku juga mau tasmi' 30 juz sekali duduk ummi...._ “ Allohumma aamiin.
📌 Kisah yang saya alami ini semakin membuat saya yakin bahwa:
🌸 1.Tidak ada yg mustahil didunia ini bila Alloh menghendaki
🌸 2. Tidak ada kata terlambat utk memulai.
🌸 3. Kekuatan doa tulus seorang ibu adalah senjata kita. Selalu terngiang nasihat Ust. Jalaludin Asy-Syatibi : _Bahwa berdoa untuk anak-anak itu harus maksa ke Alloh. Ngotot minta dikabulkan._
🌸4. Husnudzan Kita kepada Alloh, kepada suami, kepada anak-anak. Menjadi energi yang tidak akan pernah habis.
🌸5.Pertolongan Alloh itu dekat. Bagi orang-orang yang yakin.
🌸6.Ketika kita bersungguh sungguh Alloh akan tunjukkan jalan-jalanNya. QS. 29:69.
.
.
Ini yang bisa saya sampaikan. Saya yakin di grup ini banyak sahabat-sahabat yang lebih mumpuni dan tentu sudah menerapkan contoh dari Rasululloh dalam membersamai anak menjadi sahabat Al-Qur’an. Kisah saya hanya sekelumit kisah seorang yg sempat lalai dan ingin bangkit memperbaiki diri dan keluarga. Kalau ada slogan *'Satu keluarga, Satu hafidz'*. Kenapa tidak kita coba tantangan : *'Satu keluarga,Semua Hafidz'*
.
.
_Semoga Alloh mengistiqomahkan kita bersama Al-Qur'an sampai akhir hayat nanti_
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar