Postingan

Ketakutan Memiliki Kekuatan

 Dalam hidup, pastilah kita dihadapkan dengan berbagai macam kondisi dan keadaan.  Ketika yang kita hadapi adalah hal yg menurut kita itu kebaikan atau sesuai dengan keinginan, maka seketika kita bahagia, merasa nyaman, dst.  Namun, ketika yang datang dalam hidup itu ialah sesuatu yang menurut kita keburukan atau hal yang tidak kita inginkan, maka kita merasa takut, khawatir, dsb.  Nah, kali ini kita akan menyoroti poin ke dua tadi. Ketika berhadapan dengan hal yang tidak kita sukai, umumnya kita merasa takut (FEAR).  FEAR ('fir; kb. 1 ketakutan, rasa takut. 2 kekhawatiran. -kkt. 1 takut, kuatir. 2 kira, kuatir. -kki. to f. for kekhawatiran akan.)  Itu terjadi jika kita malah lari untuk melupakan masalah yang datang dalam hidup, alih-alih masalah itu akan selesai, yang ada malah sebaliknya.  FEAR = Forget Everything And Run Solusinya, hadapi setiap episode kesulitan dalam hidup itu dan bangkit menjadi lebih baik lagi. Dengan begitu satu persatu masalah itu akan selesai. FEAR = Face

Refleksi Ditengah Sendiri

Gambar
Bagaimana kabar karantina mandiri temen²? Telah 3 minggu kita lewati menghadapi kondisi wabah virus ini. Ada yang masih tetap bertahan dirumah. Namun tak sedikit yang akhirnya memutuskan pulang ke kampung halaman. Semua tentu punya maksud dan niat baik dalam bertindak di masa wabah ini. Tak ada yang ingin terjatuh dalam celaka atau tak sengaja mencelakakan, iya kan? Bagi saya yang masih diperantauan, terkadang semakin hari, kerinduan terhadap kampung halaman tak tertahan. Namun saya dan orang tua telah bersepakat, bahwa menunda kepulangan sampai benar² aman adalah diutamakan. Secara syar'iat telah dijelaskan dan inilah yang dipegang kuat² oleh Abi setiap kali kami bersua dalam jaringan. Ummi. Sosok yang mungkin hari ini sangat khawatir terhadap anak sulungnya ini, sejenak terlihat (dalam sambungan video call) ingin sekali rasanya mengizinkan anaknya pulang. Namun beliau tahu, taat kepada suami dan syar'iat adalah harga mati. Saya pun sebisa mungkin memberikan kabar² yang me

Indahnya Keluarga Itu Bersama Al Qur'an

Dari grup WhatsApp :) Mari kita baca kisah yg sangat menginspirasi bagi kita sebagai orang tua yang sangat menginginkan anaknya menjadi para ahli Quran 💐💐💐 ✨ *"Kisah keluarga Ummi Ruli, Membumikan Al-Qur'an Dalam Keluarga Rabbani"* ✨ Assalamualaykum. Wr. Wb. Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan nikmat berta'amul ma'al Qur'an kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada  junjungan kita Rosululloh SAW, beserta keluarga, sahabat dan umat Islam yg istiqomah di jalan-Nya. Bahagia sekali bisa berjumpa dengan para Sahabat HSR di sini. Kulwap ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, yang sangat jauh dari teori ideal yang seharusnya kita contoh dari  *Rosululloh SAW* . Seharusnya membumikan Al-Qur'an kita lakukan *Sebelum anak-anak ada* - Istiqomah - Sampai kita kembali kepada-Nya. Tetapi karena kelalaian dan banyaknya dosa-dosa saya, hal itu belum mampu saya lakukan. Hanya sebatas menggugurkan kewajiban terh

Tentang Penyesalan

Andaikan masih jauh...  Andaikan yang baru...  Andaikan semuanya...  3 Kalimat pendek yang terucap dari lisan sahabat yang mulia. Disebutkan dalam riwayat bernama Sya'ban r.a. kalimat pendek itu terucap saat menjelang akhir hayatnya. Sakaratul maut tepatnya.  Kenapa? Ada apa? Apa maksudnya?  Tak seorangpun mengetahui maknanya hatta istrinya sendiri, hingga kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم datang berkunjung dan bertanya tentang kondisi sahabatnya ini. Tatkala diceritakan tentang 3 kalimat pendek tersebut barulah kemudian Rasulullah menjelaskan. Andaikan masih jauh... Bahwa ia, Sya'ban r.a selalu mendatangi masjid untuk sholat jama'ah yang mana jarak yang harus ditempuh baginya sekitar 3 jam perjalanan, Masya Allah. Jarak yang jauh itu harus ia tempuh untuk bisa sholat jama'ah bersama Rasulullah. Maka ketika sakaratul maut, Allah tampakkan semua episode perjalanan ia ke masjid juga pahala yang ia peroleh darinya. Maka melihat hal itu, terucaplah

Awwalussanah | babak baru

Cukup padat dan menguras energi acara sehari ini. Bahkan H-14 segala bentuk persiapan mulai didadakan. Awwalussanah, sebuah agenda tahunan di awal tahun ajaran. Ia menjadi start awal bagi adik-adik baru santri pondok dalam sebuah episode perjalan menuntut ilmu. Mondok. Satu kata yang mungkin banyak orang menganggap sesuatu yang sudah tidak relevan dengan zamannya. Terkesan kolot lah, ketinggalan zaman lah, kotor, kumuh, ustadz yang galak, aturan yang padat, dan serba-serbi negatif banyak dialamatkan untuk aktivitas yang disebut mondok ini. Namun, seiring dengan bergantinya zaman. Ditengah kacau dan rusaknya moral pergaulan zaman sekarang, pada akhirnya mondok menjadi salah satu opsi pilihan pendidikan orang tua untuk anak-anak mereka. Bahkan menjadi idaman banyak kalangan. Sekali lagi tradisi mondok tak akan pernah hilang dari wajah pendidikan islam terutama di nusantara tercinta. Jadi kisahnya. Hari ini PPIT Al Hikmah Boyolali, tempat dimana dulu aku pelajar dan sekarang m

Muda Berani

Saya ada seorang teman dikelas. Masih muda, 2 tahun dibawah saya. Tapi hari ini ia sudah melewati kurang lebih 2 tahun pula masa pernikahannya dan alhamdulillah ia sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang lucu juga unyu hihi, dan kalo ngga salah sudah mau menginjak 1 tahun ini si debay-nya. Saya kalo ketemu dia yang jadi bahan obrolan ga jauh² dari soal keluarga dan manajemen diri. Soalnya saya pengen banyak belajar dari dia soal yang satu ini. Alkisah dia adalah putra bungsu di keluarganya. Keluarga yang sederhana. Dia bukan selebgram, artis, atau macam influencer² dunia maya yang kita kenal, bukan. Nah, Selepas lulus dari MA di sebuah pondok pesantren islam terpadu, seperti anak pada umumnya ia mencoba daftar ke salah satu PTN islam di kotanya. Ga lama dia belajar di kampus, entah ga betah karena apa, dia keluar dan memutuskan berhenti kuliah. Belum ada satu semester kalo ga salah. Akhirnya ia kemudian mulai buka usaha jualan martabak. Singkat cerita dari aktifitas jua

Impian dan Palestina || sebuah kisah

Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah. Disore tanggal 16/4, saya berkesempatan mengikuti kajian Palestina. Beruntung yang mengisi sesi dalam acara tersebut salah satunya adalah Muhammad Husein Gaza, seorang aktivis kemanusiaan Indonesia yang telah tinggal lama dan berjuang langsung bersama saudara² kita di Palestina. Ini memang momen yang saya nantikan sudah lama. Bermula dari follow akun Instagram beliau, dimana konten yang mendominasi adalah isu tentang Palestina. Dari sini saya merasa tergerak untuk bisa langsung berjumpa. Nah, ketika mengetahui kabar kepulangan beliau ke Indonesia, saya berharap untuk bisa hadir atau bahkan mengundang beliau mengisi kajian Palestina. Sehingga saya bisa bertemu langsung dan bahkan ngobrol lebih banyak tentang diri beliau dan Palestina. Mulailah saya ngode² beliau lewat DM saat liat story-nya, atau komen beberapa postingan-nya, bahkan saya melobi seorang teman yang kebetulan menjadi salah satu pengurus remaja masjid agung disalah satu kota. Sampai s